Mandiri Jogja Marathon, Ibarat "One Stop Shopping"
Bila diibaratkan dengan waktu, Jogjakarta adalah kota yang tidak pernah berhenti. Masyarakat Jogja tidak pernah berhenti berkreasi sehingga setiap waktu selalu ada hal yang baru muncul di tengah masyarakat. Mereka tidak mau berhenti pada kebudayaan yang diwariskan oleh para leluhur.
Bila mereka mengandalkan pada kebudayaan yang sudah ada, maka daerah ini lamban laun akan ditinggalkan wisatawan. Untuk itu mereka selalu berupaya mengembangkan warisan leluhur untuk kemudian disajikan kepada wisatawan.
Kreativitas inilah yang membuat setiap saat ada tempat wisatawan anyar. Ada wisata alam, kuliner, pakaian, kerajinan tangan, dan hal lainnya yang sebelumnya tidak ada. Kreativitas inilah membuat Jogja seperti mata air yang selalu mengalir menyajikan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Hal demikian membuat wisatawan tak henti-hentinya dan bosan-bosannya pergi ke kota pelajar ini.
Di Provinsi Jogjakarta ada 4 kabupaten, yakni Bantul, Gunung Kidul, Sleman, dan Kulon Progo; serta satu kota, Jogjakarta. Masing-masing kabupaten dan kota memiliki tempat wisata yang sangat indah, menyenangkan, dan menggembirakan. Tentu untuk menjangkau ke semua tempat wisata yang ada memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Perlu siasat bagi wisatawan untuk menikmati tempat wisata yang ada dalam satu 'hentakan'. Salah satu bentuk menikmati Jogjakarta dalam satu hentakan adalah Mandiri Jogja Marathon.
Dalam kegiatan marathon yang terdiri dari Full Marathon, Half Marathon, 10K, dan 5K, itu 7.500 peserta dari Sembilan negara akan melintasi 13 desa dan 3 destinasi wisata yakni Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Monumen Taruna.
Melintasi desa di Jogjakarta yang masih asri, di mana kanan kirinya terhampar sawah, dirindangi hutan, dan perumahan tradisional serta melewati candi-candi yang ada, tentu membuat kegiatan ini tak sekadar kuat-kuatan berlari.
Peserta yang ada, sambil berlari bisa sekaligus menikmati tempat-tempat wisata itu. Kalau dalam istilah belanja, Mandiri Jogja Marathon, berlari sambil menikmati tempat wisata, adalah One Stop Shopping, banyak belanja di satu tempat.
Memilih daerah ini sebagai tempat kegiatan Mandiri Jogja Martahon memang sangat tepat, sebab wilayah ini sejak Abad IX Masehi merupakan daerah yang suci sehingga ribuan candi dan tempat persembahan bagi ummat Hindhu dan Budha dibangun.
Saya kali pertama ke Candi Prambanan ketika masih SMP, tahun 1986, saat study tour. Sebab study tour maka seluruh peserta diwajibkan melakukan 'penelitian' pada candi-candi yang ada. Selepas itu, saya ke Prambanan serta candi-candi yang lain, serta tempat wisata alami seperti sawah, gunung, dan hutan, kulakukan bila pergi ke Jogjakarta.
Sebenarnya, di daerah ini tak hanya Candi Prambanan dan Plaosan yang berdiri tegak mengundang wisatawan untuk datang ke sana. Di daerah ini juga ada yang namanya Candi Ijo dan Candi Ratu Boko. Perjalananku ke Candi Ijo kuceritakan begini: suasana gelap sudah menyelimuti Candi Ijo, meski demikian puluhan pengunjung yang mayoritas anak muda itu masih asyik berselfiria. Mereka sepertinya tidak peduli dengan waktu.
Di tengah keasyikan mereka, tiba-tiba terdengar suara dari toa yang mengatakan bahwa seluruh pengunjung yang ada diharap untuk meninggalkan tempat itu.
Pembawa toa itu adalah satpam Candi Ijo. Satpam itu menghalau para pengunjung bisa jadi jam yang diberikan kepada mereka sudah habis. Satpam itu mengharap mereka agar segera meninggalkan tempat itu selain faktor keamanan, juga agar Candi Ijo tidak dijadikan tempat yang bebas, semau mereka.
Bila malam berada di tempat ini, kita akan melihat lampu-lampu berbaris lurus, itulah landasan pacu Bandar Udara Adisucipto. Kita juga akan melihat gemerlap lampu yang terang bendera dan membujur lurus, itulah Jl. Laksda Adisucipto, sebuah jalan utama yang menghubungkan Kota Jogjakarta dengan Kota Solo, Jawa Tengah. Pemandangan gemerlap malam di Kota Jogja inilah yang bisa membuat pengunjung betah di Candi Ijo.
Candi Ijo merupakan komplek percandian yang terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Jogjakarta.
Candi yang berada di lereng pegunungan di atas ketinggian 425 meter di atas permukaan laut itu terdiri dari candi induk dan di hadapan candi induk itu ada tiga candi yang ukurannya lebih kecil. Ketiga candi yang berukuran kecil itu disebut untuk memuja Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Candi induk memiliki bentuk bangunan segi empat. Pada arah menghadap barat terdapat pintu. Untuk mencapai pintu tersebut, dari tanah dibuat tangga setinggi sekitar 120 cm. Pada sisi-sisi candi itu terdapat relung yang dihiasi oleh kala makara.
Makara yang ada berbentuk ikan dan mempunyai belalai gajah. Candi Ijo diduga dibangun pada kurun Abad X hingga Abad XI ketika daerah itu di bawah kekuasaan Kerajaan Medang (Mataram Kuno).
Sebelum ke Candi Ijo saya mengunjungi Candi Ratu Boko. Candi ini terletak pada posisi barat laut Candi Ijo dengan jarak sekitar 4 km. Bila dari arah jalan besar, Jl. Laksda Adisucipto, Candi Ratu Boko lebih dekat. Sebenarnya, Candi Ratu Boko disebut bukan candi untuk melakukan pemujaan kepada dewa namun sepertinya sebagai Istana Kerajaan Medang pada masa Wangsa Sailendra.
Candi ini dibangun pada Abad VIII. Sebab sebagai istana, tak heran bila di komplek ini bangunan-bangunan yang ada terpisah-pisah. Ada paseban, pendopo, dan keputren. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi masing-masing seperti paseban untuk tamu yang hendak menghadap raja, pendopo tempat raja bertahta, dan keputren sebagai tempat istri dan anak perempuan raja dan keluarganya.
Menurut asal muasal, nama Ratu Boko berasal dari nama legenda masyarakat pada masa itu. Ratu Boko yang dalam bahasa jawa artinya Raja Bangau, konon adalah ayah Loro Jonggrang. Loro Jonggrang sendiri adalah nama yang melekat pada Candi Prambanan.
Candi Ratu Boko yang berada pada ketinggian 196 meter dan berada pada area seluas 25 ha itu tepatnya berada di Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo; dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Selman, Provinsi Jogjakarta. Candi-candi yang ada di Kecamatan Prambanan itu bila kita menyusuri merupakan perjalanan satu paket wisata.
Jadi Candi Ijo, Candi Ratu Boko, Candi Prambanan, dan Candi Plaosan, merupakan tempat yang bisa disinggahi oleh para peserta Mandiri Jogja Marathon.
Penulis: Ardi Winangun
Artikel ini telah tayang di bolasport.com dengan judul Mandiri Jogja Marathon, Ibarat "One Stop Shopping", https://www.kompasiana.com/ardiwing/5cc26ba795760e274c1a6aa2/mandiri-jogja-marathon-ibarat-one-stop-shopping